juandanobo
 

A.    Pendahuluan
Teknik / metode ABA (Applied Behavior Analysis) atau tata laksana perilaku di Indonesia banyak dikenal orang dengan sebutan metode Lovaas. Hal ini dikarenakan Ivar Lovaas (seorang psikolog Amerika) yang menggunakan dan mempopulerkan metode ini pada penatalaksanaan bagi anak yang mengalami gangguan perkembangan termasuk didalamnya adalah anak-anak autistik. Hasilnya sungguh sangat menggembirakan, sebab 47 % dari anak-anak austik yang ditanganinya bisa bergabung ke sekolah umum.

Dari hasil tersebut orang tua yang mempunyai anak-anak autistik dan para professional yang menangani anak-anak autistik sangat besar harapannya dan akhirnya metode ini menjadi berkembang pesat sampai sekarang. Di Indonesia metode ini baru berkembang kira-kira akhir tahun 1996.
Metode ABA banyak dipakai untuk menangani anak-anak autistik dikarenakan metode ini memiliki beberapa kelebihan yaitu : terstruktur (teknik mengajar yang jelas), terarah (panduan program yang dapat dijadikan acuan), terukur (keberhasilan / kegagalan dapat diketahui dengan pasti).
Adanya kejelasan dari metode ABA tersebut di atas, metode ini sekarang banyak dipakai sebagai intervesi dini dalam penanganan perilaku untuk anak-anak autistik di Indonesia. Penjelasan lebih lanjut tentang metode ABA sebagai  berikut .

B.     Mekanisme Applied Behavioral Analysis
1.      Prinsip Dasar
Behavior (perilaku) adalah semua tingkah laku atau tindakan atau kelakuan seseorang yang dapat dilihat, didengar atau dirasakan oleh orang lain atau diri sendiri. Timbulnya suatu perilaku didahului suatu sebab (antecedent).
Suatu perilaku akan memberikan suatu akibat (consequence). Di sini dikenai rumusan A .B . C yang disebut Operant Conditioning yaitu :

                                                                ANTECEDENT            BEHAVIOR          CONSEQUENCE

Suatu perilaku bila diberi imbalan yang tepat akan semakin sering dilakukan sebaliknya bila tidak diberi imbalan akan terhenti. Prinsip ini kita kenal dari Pavlov (unconditioned reflex) sebagai respondent conditioning yaitu :

                                                                 PERILAKU   +   IMBALAN        TERUS DILAKUKAN

                                                                PERILAKU    –   IMBALAN        AKAN TERHENTI
2.      Instruksi
Instruksi adalah kata-kata perintah yang diberikan kepada anak pada saat pemberian materi. Instruksi kepada anak seterusnya S – J – T – T – S :
a.  Singkat      :  Cukup 2 – 3 kata, jangan terlalu panjang karena tidak akan dapat dimengerti anak, terutama yang          masih sedikit pemahamannya.
b.   Jelas           :  Volume suara perlu selalu disesuaikan dengan respon anak, tidak membentak atau menjerit.
c. Tegas           :  Instruksi tidak boleh “ditawarkan/dilanggar” oleh anak dan harus dilaksanakan (meski diprompt/dibantu)
d.  Tuntas        :  Setiap instruksi harus dilaksanakan sampai selesai, jangan setengah jalan.
e.  Sama            :  Setiap instruktur/terapis/guru harus memberikan instruksi yang sama pada anak.

3.      Siklus dari Discrete Trial Training
Siklus
Instruksi 1 è (tunggu 3–5 detik), bila respon tidak ada, lanjutkan dengan
Instruksi 2 è (tunggu 3–5 detik), bila respon tidak ada, lanjutkan dengan
Isntruksi 3 è langsung lakukan prompt dan beri imbalan 

4.      Konsekuensi
Setelah perilaku kita cepat memberikan umpan balik atau feedback. Feedback yang terjadi bisa bermacam-macam, antara lain :
@ Mengatakan “Tidak” dengan perkataan yang biasa atau datar, karena dalam hal ini memang anak belum mampu dan sedang dalam taraf belajar.
@ Reward : ini diberikan bila anak mampu merespon instruksi dengan benar. Hal ini juga diberikan pada percobaan ketiga setelah di prompt (dengan catatan hal ini untuk materi baru). Reward bisa berupa makanan, minuman, mainan dan lain-lain
@ Reinforcer katakan dengan cepat, misal : “Bagus”, “Hebat”, “Pandai”, dsb. Bila respon anak benar atau mendekati benar.
@ Katakan “Tidak” sebagai koreksi. Bila anak berperilaku yang membayakan atau tidak semestinya. Perkataan “Tidak” harus diucapkan dengan tegas dan dengan tekanan “TIDAK”.
@ Ignoring (tidak memberi perhatian) hal ini dilakukan apabila anak tantrum atau marah besar yang tidak membahayakan diri atau orang lain. Sebab apabila anak marah lalu kita memberikan perhatian dan dengan perhatian tersebut akan dijadikan penguat untuk mengulangi perilaku marah maka dalam hal ini ignoring diperlukan. Sebaliknya apabila anak mulai tenang langsung harus kita dekati atau beri perhatian, sehingga anak akan belajar “Apabila saya berperilaku baik/manis maka saya akan dapat perhatian tetapi bila saya marah-marah orang akan cuek sama saya”.
@ Hukuman, dalam hal ini diberikan apabila dengan feedback yang lain tidak berhasil, seperti dengan perkataan “Tidak” atau dengan ignoring. Hukuman diberikan dengan tujuan agar perilaku tersebut tidak berlanjut.

5.      Prompt / Bantuan
Prompt adalah bantuan yang sifatnya membantu anak agar anak mampu berespon benar sesuai dengan instruksi yang diberikan.
Jenis-jenis prompt yang diberikan antara lain :
@ Prompt Fisik : secara fisik anak dibantu untuk merespon dengan benar.
@ Prompt Verbal : terapis membantu melalui ucapan / kata-kata yang mengarahkan kepada respon benar.
@ Prompt Model : terapis memberi contoh langsung agar anak dapat menirunya.
@ Prompt Gestural : bantuan secara isyarat, dengan menunjukkan, melirik ataupun gerakan kepala.
@ Prompt Tempat (Positional) : membantu dengan meletakkan benda pada posisi lebih dekat dengan si anak, sehingga membesar kemungkinan anak merespon sesuai yang diinginkan.

C.    Pelaksanaan Applied Behavioral Analysis
Dalam pelaksanaan terapi dengan metode ABA, sebaiknya mengandung hal-hal sebagai berikut yaitu :
@ Discrete Trial Training (DTT) 
Memecah setiap keterampilan yang belum dimiliki oleh anak kedalam bentuk ketrampilan yang lebih kecil atau sederhana. Misalnya : seorang anak diberi instruksi “Ambil gelas kuning di atas meja”. Anak akan diajarkan ketrampilan tunggal dahulu yaitu “ambil” = perintah sederhana, “gelas” = pengenalan kata kedepan, dan “meja” = pengenalan benda. Kemudian mulai dirangkai sampai anak bisa diperintah untuk ketrampilan yang rumit.
@ Menggunakan Reinforment (Imbalan) 
Bila anak bisa melakukan instruksi atau perintah yang diberikan, maka anak diberi imbalan yang dia suka.
@ Repetitive (Pengulangan) 
Setiap ketrampilan yang diajarkan diberikan secara berulang-ulang sampai anak tersebut menguasai ketrampilan tersebut tanpa dibantu lagi.
@ Konsisten 
Pelaksanaan terapi dijalankan dengan konsisten oleh semua yang terlibat dengan anak, dalam pemberian instruksi dan dalam pemberian konsekuensi ataupun imbalan.
@ Penilaian dan Pencatatan 
Program terapi yang dijalankan harus dicatat secara rinci dan dinilai setiap kali terapi dilaksanakan.

D.    Discrimination Training (DT)
Discrimination Training (DT) bertujuan mengajarkan anak agar dapat membedakan antara materi pelajaran (stimulus) yang satu dan lainnya.Tahapannya adalah sebagai berikut : 
a.       Target “A”
Berikan hanya “A” sebagai stimulus. Dengan trial yang pendekatan pendek.
b.      Target “A” dengan Distraktor / Penggangu
Tekanan pengajaran masih di “A” namun diberi materi pelajaran lain sebagai pengganggu, boleh “B” atau yang netral.
c.       Target “B”
Hanya “B” sebagai stimulus (tidak ada yang lainnya)
d.      Target “B” dengan distraktor / Pengganggu
Tekanan pengajaran masih di “B” namun diberi materi pelajaran lain sebagai pengganggu, boleh “A” atau yang netral
e.       Penyajian secara Random / Acak antara “A” dan “B”

E.     Materi Pelajaran
Materi pengajaran untuk anak autistik sangat banyak sumbernya yang mana semuanya pada intinya mengajarkan atau membekali suatu kemampuan ketrampilan yang diperlukannya untuk mencapai kemandirian dan sebagai bekal untuk hidup dalam komunitas masyarakat sekitarnya. Sebab apabila ketrampilan ini tidak diajarkan pada anak autistik, mereka tidak bisa belajar langsung sebagaimana layaknya anak-anak yang tidak bermasalah. Secara umum kemapuan belajar anak autis mengembangkan kemampuan sebagai berikut :
1.      Program kesiapan
2.      Ketrampilan meniru
3.      Ketrampilan bahasa reseptif
4.      Ketrampilan bahasa ekspresif
5.      Ketrampilan pre-ekademis
6.      Ketrampilan bina diri
7.      Ketrampilan sosialisasi
8.      Kesiapan bersekolah
Kemampuan / ketrampilan diatas pada intinya merupakan suatu bahan ajar yang tercantum dalam buku “Behavioral intervention for young children with autism” karangan C. Maurice.

F.     Pencatatan dan Penilaian
Pencatatan hasil belajar dilakukan setiap kali kita mengajar. Hal ini dilakukan dalam format yang mencakup (contoh terlampir) :
@ Aktivitas program yang dikerjakan
@ Instruksi yang digunakan (sd)
@ Respon yang diharapkan oleh anak
@ Penjabaran per item dari aktivitas program
@ Tanggal belajar dan pengajar (bisa dengan kode)
@ Kriteria dari keberhasilan belajar anak, dalam hal ini banyak sekali contoh pencatatan kriteria yang dipakai. Salah satu contoh kriteria yang dipakai antara lain :
A                     = Achieve / mampu
P                      = Prompt dengan bantuan
P+                    = 1 Tercapai dari 3 kali instruksi
P++                 = 2 Tercapai dari 3 kali instruksi
Selain pencatatan harian ada juga pencatatan lain yaitu pencatatan kemampuan yang sudah tercapai masih harus dilatihkan dengan tujuan agar kemampuan tersebut tidak hilang, pencatatan tersebut dinamakan maintenance/pemeliharaan. Maintenance bisa dikerjakan oleh siapapun yang mengenal program-program yang telah dicapai oleh anak. Ada satu tahapan lagi yang sangat penting nilainya, yaitu tahapan generalisasi kemampuan yang sudah tercapai selama proses terapi / proses belajar.

G.    Generalisasi
Agar kemampuan yang akan dikatakan achieve atau tercapai tersebut tidak hilang begitu saja atau tidak hanya bisa dengan satu orang/satu instruksi/satu tempat saja (supaya tidak rigid/kaku) maka kemampuan tersebut sangat perlu sekali digeneralisasi sehingga kemampuan tersebut menjadi lebih fungsional dalam kehidupan sehari-hari anak autistik tersebut. Generalisasi mencakup :
@ Generalisasi Stimulus, misalkan untuk instruksi “ke sini” anak mampu coba dengan instruksi yang baru misalkan “kemari”.
@ Generalisasi Tempat, artinya apabila diinstruksikan, maka di rumah, di sekolah atau dimanapun anak berada ia juga harus bisa.
@ Generalisasi Pengajar/Pemberi Instruksi, apabila anak mampu merespon benar dengan pengajar/terapis A, maka dengan terapis B/C/dengan orang tua pun anak juga harus bisa.
@ Generalisasi Respon, yaitu bila anak bisa merespon dengan benar untuk satu instruksi gunakan kemampuan itu untuk hal yang lainnya. Misalkan anak mampu merespon instruksi “buka” untuk buka, bisa juga di pakai untuk buka pintu, buka kaos kaki, buka kulkas, dll.

H.    Faktor Pengaruh Keberhasilan
Tidak jarang kita melihat anak autis yang menunjukkan perilaku dan kemampuan akademik yang tidak kalah dengan anak normal. Untuk mendapatkan hal yang sedemikian sangat perlu diketahui 5 faktor yang paling berpengaruh terhadap “kesembuhan” anak autisme, yaitu :
@ Berat ringannya derajat kelainan
Semakin berat derajat kelainan dan jenis kelainan perilakunya, semakin sulit untuk kembali “normal”. Perlu diingat, sekalipun anak autis itu ringan ia perlu penanganan yang tepat.
@ Usia anak saat pertama kali ditangani secara benar dan teratur
Idealnya usia anak pertama kali ditangani adalah 2 – 3 tahun, pada usia ini perkembangan otak paling cepat. Namun bukan berarti yang berusia lebih dari 3 tahun harus dibiarkan. Mereka tetap memerlukan penangangan yang benar (khusus) sekalipun sudah melampui usia ideal.
@ Intensitas penanganan
Pola 40 jam per minggu adalah pola minimal untuk penanganan anak dengan teknik dan metode yang benar. Pola ini bisa dilakukan di sekolah dan dilanjutkan di rumah.
@ IQ Anak
Makin cerdas seorang anak makin dia cepat menangkap materi yang diberikan. Namun perlu diingat bahwa kecerdasan emosional anak juga harus selalu diperhatikan mengingat pengendalian emosi pada anak autis sangat minim. Diperkirakan 20 – 25 % anak autis memiliki IQ normal atau bahkan di atas rata-rata.
@ Keutuhan Pusat Bahasa di Otak
Pusat bahasa berada di lobus parietalis kiri, apabila mengalami kerusakan maka anak akan kesulitan berkata-kata.

 
DAFTAR PUSTAKA
1.      Depdiknas, Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Autistik, Jakarta, 2002.
2.      Rudy Sutadi dkk, Penatalaksanaan Holistik Autisme, Pusat informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam, FK UI, Jakarta, 2003.
3.      Handojo, MPH., Autisme (Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Untuk Mengajar, Anak Normal, Autis dan Perilaku Lain), Jakarta, 2003.
4.      Maurice C., Behavioral Invention for Young Children with Autism, Pro-ed, Texas, 1996.

pinolong
4/18/2015 01:22:41 pm

Cara

Reply
10/13/2015 06:19:50 pm

Singkat padat jelas dan bermotifasi tinggi

Reply
tegub
10/28/2015 08:17:13 pm

Saya mau nanya bagimana menangani anak autis usianynnya 22 th. Apa masih relevan dengan metoda aba??

Reply
riri
1/2/2016 09:01:56 pm

mintak format metode ABA nya pak...
mw di ajarkan ke anak di sini

Reply
poppy
4/24/2016 03:28:32 am

Tq ats artikelnya.
mohon ijin share ya.

Reply
Martha Dian Lestari Sitepu
2/23/2018 11:04:39 pm

Terimakasih infonya

Reply
11/19/2020 05:59:08 am

Apa benar pernah kuliah di uhamka.ac.id ya. Ini blognya bagus sekali

Reply
8/12/2022 09:44:49 pm

Thanks for nice information

Reply
5/23/2023 10:40:29 pm

Thanks for sharing useful information

Reply



Leave a Reply.