juandanobo
WELCOME TO MY WEB...
Menuntut Ilmu Wajib Bagi Seluruh Muslim
Picture

PERSAHABATAN SEJATI
BERSIH TAK   ADA BENCI

Arti Dari Sebuah Sahabat yang islami

Picture
Manusia sebagai makhluk sosial selalu memiliki teman dan sahabat. Seperti apakah persahabatan yang islami itu? Pertemanan atau persahabatan adalah karunia dari Allah. Sebagaimana firman Allah yang artinya,“Lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara” (QS. Al-Imron; ayat103). Persaudaraan adalah nikmat Allah yang sangat indah. Untuk itu kita  seharusnya menjaganya dengan memperhatikan hak-hak di antara sahabat. Pembahasan berikut memuat sebagian hak-hak persahabatan yang seharusnya diperhatikan oleh orang-orang yang mengikat tali persahabatan.
Bersahabatlah karena Allah, Ingat dan camkan kalimat tersebut wahai saudaraku, semoga Allah menunjuki kita untuk taat kepada-Nya. Tujuan kita bersahabat adalah senantiasa untuk mengaharap ridho Allah Ta’ala. Janganlah sekali-kali persahabatan tersebut dijadikan untuk mendapatkan kepentingan dunia semata. Persahabatan yang dilandaskan saling cinta karena Allah itulah yang akan mendapatkan manisnya iman, sebagaimana Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: ”Ada tiga perkara yang apabila seseorang memilikinya akan mendapatkan manisnya iman, yaitu Allah dan Rosul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya, dia mencintai seseorang tidaklah dia mencintainya kecuali karena Allah, dan dia tidak suka kembali kepada kekufuran setelah Allah membebaskan darinya sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam api.” (HR. Bukhari).  Persahabatan yang Islami seperti ini lah, akan kekal hingga hari kiamat nanti. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman yang artinya,”Teman-teman akrab  pada hari (kiamat) nanti sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.”(QS. Az Zukhruf : 67). Imam Ibnu Katsir rohimahulloh mengatakan bahwa setiap persahabatan yang dilandasi cinta karena selain Allah, maka pada hari kiamat nanti akan kembali dalam keadaan saling bermusuhan. Kecuali persahabatannya dilandasi cinta karena Allah ‘azza wa jalla, inilah yang kekal selamanya. (Tafsir Ibnu Katsir).   Oleh sebab itu renungkanlah wahai saudaraku, sudah benarkah niat kita dalam bersahabat? Apakah persahabatan tersebut hanya untuk menyelesaikan urusan duniawi semata? Apabila itu yang terjadi maka setelah urusan tersebut selesai, kita meninggalkan sahabat kita!! Ingatlah, persahabatan yang benar adalah persahabatan yang dilandasi cinta karena Allah, yaitu seseorang mencintai sahabatnya karena tauhid yang dia miliki, pengagungan dia kepada Allah, dan semangatnya dalam mengikuti sunnah Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam.
Dalam persahabatan yang islami, tiap-tiap orang memiliki hak yang sama dalam bermuammalah. Jangan menang sendiri, untuk  itu kita perlu menjaga hak antar sesama muslim. Diantaranya adalah:
  1. Berbuat Itsar-lah pada Sahabatmu. Di antara hak terhadap sesama yang dianjurkan adalah mendahulukan sahabatnya dalam segala keperluan (baca: itsar) dan perbuatan ini dianjurkan (mustahab). Perhatikanlah firman Allah Ta’ala yang artinya,”Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan” (QS. Al Hasyr : 9). Kaum Anshor yang terlebih dahulu menempati kota Madinah, mereka mendahulukan saudara mereka dari kaum Muhajirin dalam segala keperluan, padahal mereka sendiri membutuhkannya. Sungguh sangat menakjubkan, seorang sahabat Anshor yang memiliki dua istri ingin menceraikan salah satu istrinya. Kemudian setelah masa ‘iddahnya berakhir dia ingin menikahkannya dengan sahabatnya dari kaum muhajirin. Adakah bentuk itsar yang lebih daripada ini?!! (Aysarut Tafaasir, Syaikh Abu Bakr Jabir Al Jazairi). Perbuatan itsar ini hanya berlaku untuk urusan duniawi (seperti mendahulukan saudara kita dalam makan dan minum). Sedangkan dalam masalah ketaatan (perkara ibadah), perbuatan ini terlarang. Karena maksud dari ibadah adalah pengagungan kepada Allah Ta’ala. Maka barangsiapa yang mendahulukan saudaranya dalam hal ini, berarti dia telah meninggalkan pengagungan terhadap Allah Ta’ala yang dia sembah. Oleh karena itu, kita tidak diperbolehkan mendahulukan saudara kita (itsar) untuk menempati shaf pertama dalam sholat berjama’ah, sedangkan kita di shaf belakang. (Lihat Al Wajiz fii Iidhohi Qowa’id Al Fiqhi Al Kulliyati)
  2. Bantulah Sahabatmu yang Berada dalam Kesulitan. Contohnya: ada saudara kita yang membutuhkan bantuan pinjaman uang. Maka berusahalah untuk menolongnya dengan memberi pinjaman hutang padanya. Karena pemberian hutang yang pertama kali merupakan kebaikan. Sedangkan pemberian hutang kedua kalinya adalah sedekah. Sebagaimana dalam hadits riwayat Ibnu Majah, Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,”Barangsiapa yang memberi hutang kepada saudaranya kedua kalinya, maka dia seperti bersedekah padanya.”
  3. Jagalah Kehormatan Sahabatmu. Wahai saudaraku, jagalah kehormatan sahabatmu, karena Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda pada khutbah ketika haji Wada’ yang artinya,”Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, dan kehormatan kalian adalah haram.” (HR. Bukhari, Muslim, dan lainnya). Di antara bentuk menjaga kehormatan saudara kita adalah menjaga rahasianya yang khusus diceritakan pada kita. Rahasia tersebut adalah amanah dan kita diperintahkan oleh Allah untuk selalu menjaga amanah. Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,”Apabila seseorang membicarakan sesuatu padamu, kemudian dia menoleh kanan kiri, maka itu adalah amanah.“(HR. Abu Daud dalam sunannya). Perbuatan seperti ini saja dilarang, apalagi jika sahabatmu tersebut memintamu untuk tidak menceritakannya pada orang lain. Maka yang demikian jelas lebih terlarang. (Huququl Ukhuwah, Syaikh Sholeh Alu Syaikh).
Semoga dengan mengamalkan hak-hak ini, kita akan menjadi orang-orang yang akan mendapatkan naungan Allah di akherat kelak, di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Amin ya rabal alamin.
Sumber: http://rumaysho.com

Sahabat
yang memberiManfaat

Picture
Sahabat Sejati Memberi Manfaat Di Dunia & Akhirat ~Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang~
Assalamualaikum w.b.t..
Islam sedia panduan pilih rakan, elak mereka yang bawa kemungkaran
PERUMPAMAAN Melayu menyatakan 'sahabat baik umpama pohon rendang' membawa maksud rakan karib sanggup bersama ketika susah dan memberi bantuan tanpa mengira masa atau keadaan.
Justeru, Islam sentiasa menasihatkan umatnya berhati-hati memilih sahabat bagi mengelak berkawan dengan mereka yang membawa kemungkaran.
Firman Allah yang bermaksud: "Janganlah engkau mengikut orang yang sudah Kami lupakan hatinya untuk mengingati (berzikir) pada Kami dan ia suka mengikut hawa nafsunya." (Surah Kahf, ayat 29)
Jika kita memilih sahabat yang terlalu cintakan dunia dan mementingkan hawa nafsunya, ia merugikan terutama apabila kita turut terpengaruh dengan sikapnya. Oleh itu, pilih sahabat yang membimbing ke arah hidup lebih baik mengikut syariat agama.
Sabda Rasulullah SAW bermaksud: "Seseorang menurut agama (aturan) kekasihnya, oleh sebab itu baiklah seseorang daripada kamu semua itu meneliti orang yang dikasihinya."
Sifat perlu ada pada seseorang yang ingin kita jadikan sahabat bolehlah dicontohi daripada wasiat al-Qamah kepada anaknya.
Katanya: "Hai anakku, jika engkau perlu untuk bersahabat dengan seseorang maka pilih yang mempunyai sifat jika engkau melayaninya ia suka melindungi, jika engkau bersahabat dengannya, ia akan menjadi hiasan bagi dirimu dan jika engkau dalam keadaan kekurangan nafkah, ia suka mencukupi keperluanmu.
"Pilih sahabat yang apabila engkau menghulurkan tanganmu untuk memberikan jasa baik atau bantuanmu, ia suka menerima dengan rasa terharu, jika ia melihat kebaikan yang ada pada dirimu, ia suka menghitung dan dianggapnya sangat berguna, sedangkan jika ia mengetahui keburukan dirimu lalu ia suka menutupinya.
"Pilih sahabat yang jika engkau meminta sesuatu daripadanya, pasti ia memberi, jika engkau diam, ia mulai menyapamu dulu dan jika ada sesuatu kesukaran dan kesedihan menimpa dirimu, ia suka membantu dan meringankan, ia suka membantu dan meringan kamu serta menghiburmu.
"Pilihlah sahabat yang jika engkau berkata, ia sukar membenarkan ucapanmu dan bukan selalu mempercayainya saja, jika engkau mengemukakan sesuatu persoalan berat, ia suka mengusahakannya, sedang jika engkau berselisih dengannya, ia suka sekali engkau berselisih dengannya, ia suka sekali mengalah untuk kepentinganmu."
Saidina Ali menyatakan: "Sahabat yang sebenar-benarnya ialah orang yang di sampingmu. Ia suka membabitkan dirinya dalam bahaya demi untuk kesejahteraanmu."
Saidina Ali membuktikan katanya dengan mengambil alih tempat tidur Rasulullah SAW ketika Baginda dan Saidina Abu Bakar merancang untuk berhijrah ke Madinah. Walaupun Saidina Ali tahu risiko bakal dihadapinya kerana pemuda Quraisy bercadang menyerbu rumah Rasulullah SAW dan membunuh Baginda, Saidina Ali sanggup menghadapi bahaya itu semata-mata atas dasar kepentingan keselamatan sahabatnya.
Contoh persahabatan lain yang boleh diteladani ialah antara Saidina Abu Bakar dengan Rasulullah SAW. Saidina Abu Bakar sentiasa mempercayai dan mengiyakan apa yang Rasulullah SAW katakan.
Ketika Rasulullah SAW menceritakan perjalanan Israk dan Mikraj kepada orang Makkah, mereka tidak mempercayai cerita Rasulullah SAW, malah menuduh Baginda pembohong. Mereka berjumpa Saidina Abu Bakar untuk bertanya jika cerita itu benar atau sebaliknya.
Apabila Saidina Abu Bakar mendengar pertanyaan mereka, dengan tenang beliau bertanya: "Apakah benar Rasulullah SAW bercerita begitu". Mereka menjawab 'ya'. Maka tanpa ragu-ragu Saidina Abu Bakar menyatakan apa yang Rasulullah SAW katakan benar.
Sepanjang perjalanan dari Makkah ke Madinah, Saidina Abu Bakar sentiasa berada di depan dan di belakang Baginda SAW. Apabila Baginda bertanya hal ini, Saidina Abu Bakar menjawab:
"Aku berjalan di depanmu untuk memilih jalan yang baik selamat sementara aku berjalan di belakangmu untuk menjaga keselamatan daripada serangan musuh yang mengejarmu."
Perhatikan nasihat Abu Sulaiman mengenai pentingnya memilih sahabat seperti yang dianjurkan Islam. Katanya: "Jangan sekali-kali engkau bersahabat melainkan salah satu daripada dua orang ini:Pertama, orang yang dapat engkau ajar bersahabat dalam urusan duniamu dengan jujur dan Kedua, orang yang dijadikan sahabat itu dapat menambahkan kemanfaatan dirimu untuk akhiratmu.
Jika engkau suka bersahabat dengan orang yang selain dua orang ini, maka pastilah engkau memiliki kebodohan yang luar biasa besarnya."Semoga artikel ini mampu menjadi panduan kepada kita semua dalam memilih sahabat terbaik yang mampu memberi manfaat di dunia dan akhirat.
Posted by Faradilla Rashid at 3:15 PM
Sebagaimana perkataan Ibnul Qayyim Al-Jauziyah,
Nabi Muhammad SAW pernah mengibaratkan ikatan persahabatan antar dua orang muslim dengan kedua belah tangan. Beliau tidak memakai perumpamaan lain karena jalinan hubungan antar kedua tangan sangat cocok untuk dijadikan, ibarat dalam menjalani hubungan sesama manusia. Kita bisa melihat bagaimana kedua belah tangan saling membantu satu sama lain dalam usaha menggapai tujuan. Keduanya bersatu padu dalam mewujudkan tujuan. Keduanya melebur menjadi satu untuk mencapai tujuan yang sama.
Imam Al-Ghazaali membagi 3 jenis sikap manusia dalam memberikan pengorbanan terhadap orang lain. Pertama, memposisikan teman sebagaimana hamba sahaya atau budak. Dalam arti selalu memenuhi kebutuhannya meskipun tanpa diminta. Kedua, memposisikannya seperti diri sendiri. Sehingga apa yang dimilki rela untuk digunakan bersama. Ketiga, tingkatan tertinggi dalam pengorbanan. Yaitu selalu mengutamakan kepentingannya dari pada kepentingan sendiri.