Potret Guru Sekolah Berkebutuhan Khusus
Di Metropolitan
Dari Tahun ke tahun pelamar formasi guru CPNS di Metropolitan terlihat membeludak . Namun tak demikian dengan guru untuk siswa berkebutuhan khusus, hanya Orang-orang tertentu saja yang mau mengabdikan diri mendidik anak-anak yang memang mengalami berbagai hambatan dalam proses pembelajaran. aku dan beberapa teman, adalah bagian dari orang-orang yang langka untuk di sekolah berkebutuhan khusus sejak puluhan tahun silam.
Tadinya tidak terbayangkan menjadi guru bagi anak berkebutuhan khusus. Sudah 28 tahun aku mengabdikan diri mendidik anak-anak berkebutuhan khusus, seperti, tunagrahita dan autis.
Sejak diangkat pada tahun 1984, aku memilih jalan hidup di profesi yang jarang dilirik orang, hanya panggilan jiwa yang membuat aku bertahan dengan pekerjaan ini. Alasan utama yang muncul dalam benak ku adalah rasa ingin tahu, bagaimana orang buta dapat berjalan di jalan raya hanya dengan sepotong tongkat putih. Oleh karena itu, saat masuk perguruan tinggi, aku mengambil program Sekolah Guru PendidikanLuar Biasa di kota Kembang.
Setelah selesai pendidikan, aku dan beberapa teman langsung mendaftar menjadi guru di Sekolah berkebutuhan khusus di Metropolitan, dan pada saat itu semuanya diangkat menjadi Pegawai Negeri sipil yang diperbantukan di lembaga swasta, aku merasa kurang dalam banyak hal yang berkenaan dengan anak berkebutuhan khusus, sehingga aku memutuskan untuk menimba ilmu kembali di program strata satu PLB. Tak terasa, 28 tahun sudah aku dan teman-teman mendidik anak-anak itu, beragam suka duka yang kulalui dari anak didik, orangtua siswa dan perlakuan masyarakat. Dari pengamatan dan pengalaman , kebanyakan orangtua belum bisa menerima keadaan anaknya, anak yang berkebutuhan khusus tidak dididik dengan benar di rumah, orangtua malah mengurung anaknya dalam rumah, bahkan tak jarang anak -anak dikirim kepanti rumah sakit jiwa yang ada di kota Metropolitan. Berbagai alasan dilontarkan; malu hingga tidak ada waktu mengurus menjadi alasan, padahal jika dilatih dengan sabar, telaten dan kasih sayang anak -anak ini dapat berkembang sesuai dengan tarap kemampuan yang dimilikinya. Para penyandang tunagrahita misalnya, mereka harus diajarkan kemandirian yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari seperti menyapu, mencuci piring, makan sendiri, berpakaian, merias diri dan berbelanja untuk keperluannya sendiri.
Seiring berkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus semakin berpariasi mulai dari layanan klinik terapi ( Bihaviour, Sensory integration, terapi wicara dan terapi lainnya ), berdirinya sekolah-sekolah swasta, negeri dan berdirinya pusat rehabilitasi bagi anak berkebutuhan khusus merupakan meningkatnya perhatian dari pemerintah dan masyarakat Metropolitan, namun sayang hal ini tidak dibarengi dengan adanya penambahan tenaga pendidik (guru) yang diperbantukan dilembaga-lembaga swasta.
Menangani anak berkebutuhan khusus, tentu memerlukan perhatian yang ekstra bahkan kita harus berperan ganda , sebagai pendidik, sebagai orang tuan, sebagai teman bahkan kadang-kadang harus berperan sebagai tenaga perawat . Hal ini disebabkan adanya keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh siswa sehingga memerlukan pelayanan secara khusus, namun yang lebih sulit adalah memberikan bimbingan kepada orang tua atau keluarga agar mereka menyadari dan memahami bahwa putra-putrinya memerlukan penanganan secara khusus baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat.
Itulah sekilas potret guru di sekolah berkebutuhan khusus, aku sangat meyakini jika pekerjaan ini dilakukan dengan ikhlas, Allah akan membalasNya, dengan kebaikan-kebaikan yang tidak diduga-duga.